Blogger Tricks

Sabtu, 06 Juni 2020

Perubahan Perilaku Konsumen Sebelum dan Sesudah Pandemi COVID-19

Created by: Ajeng Triani Putri / 7111171075 / Konsumen-C


Person in a Mask Images, Stock Photos & Vectors | Shutterstock

Hallo everyone! Hope you keep stay at home, enjoy, and healthy!
Berbicara stay at home, Yup! Kali ini saya akan bahas sedikit tentang pandemi COVID-19 yang sudah menyebar ke berbagai belahan negara di dunia termasuk juga negara kita Indonesia, sehingga kita diharuskan untuk berdiam diri di rumah. Yang akan saya bahas ialah perubahan apa saja sih yang terjadi dari perilaku konsumen atau kita sebagai masyarakat, saat sebelum maupun sesudah ada pandemi COVID-19. Tentu beberapa hal dan perubahan yang terjadi sering tidak kita sadari secara langsung di saat menghadapi keadaan seperti ini.

Seperti yang sudah kita ketahui, saat ini dunia sedang mengalami krisis yang disebabkan oleh pandemi COVID-19 atau nama virusnya ialah Corona. Virus ini berhasil merubah perilaku masyarakat yang merupakan konsumen, seperti karena adanya aturan dan keharusan untuk social dan physical distancing. Dengan adanya PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) dan aturan pemerintah terbaru dalam menyikapi pandemi ini, seperti yang telah disebutkan tadi bahwa masyarakat dilarang keluar rumah (stay at home) jika tidak ada urusan penting seperti berbelanja kebutuhan pokok atau masih diharuskan bekerja. Semua aktivitas di luar rumah dihentikan, lembaga pendidikan diliburkan menjadi daring, sebagian besar pekerjaan harus dilakukan di rumah (work from home), restoran, kafe, dan mall pun ditutup.


Kondisi ini sebagian besar dimanfaatkan oleh pebisnis untuk beradaptasi terhadap perubahan perilaku konsumen dan meningkatkan strategi penjualannya. Perilaku konsumen berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Oleh karena itu di saat kondisi pandemi seperti ini, konsumen akan sangat mengincar segala kebutuhannya agar tetap terpenuhi meskipun berdiam diri di rumah.

Awalnya konsumen sangat senang mengincar dan membeli produk/barang yang murah, diskon, serta mampu memenuhi hasrat keinginannya/sebatas pemenuhan hobi saja, namun saat kondisi pandemi seperti ini, konsumen akan cenderung mengabaikan harga dan lebih memperhatikan nilai. Konsumen akan cenderung mengenyampingkan ego atau hedonisme mereka. Contoh umumnya ialah produk sanitasi (handsanitizer, tisue, sabun, karbol, cairan pembersih lainnya), kesehatan (masker, makanan sehat, suplemen, vitamin), dan suplai makanan yang sangat diincar oleh masyarakat karena dinilai sangat penting untuk bertahan hidup dan terhindar dari pandemi COVID-19. Namun, sangat disayangkan bahwa masyarakat banyak yang serakah dan berlebihan dalam kuantitas ketika berbelanja, sehingga terjadi banyak kelangkaan barang. Perilaku seperti ini disebut sebagai perilaku panic buying.

Alasan Ilmiah dan secara Psikologis Masyarakat “Panic Buying

Source: Ilustasi dari panic buying | todayonline.com
Panic Buying, tentu tidak terjadi begitu saja. Ada alasan ilmiah di balik hasrat masyarakat berbelanja dengan berlebihan karena merasa cemas dan takut akan pandemi COVID-19. Masyarakat banyak membeli produk-produk yang mampu mencegah dari pandemi seperti handsanitizer, masker, dan produk sanitasi lainnya secara berlebihan bahkan ada yang sampai menimbun untuk dijual dengan harga yang tinggi. Dilansir dalam kompas.com, hal ini dijelaskan oleh Psikolog Anak dan Keluarga, Anna Surti Ariani, S.Psi, M.Si. “Dalam kondisi tertentu, rasa cemas akan berubah menjadi panik lewat sistem limbik. Kalau sudah begini, rasa takut dan cemas tidak bisa dikontrol” jelasnya.
Pada kasus panic buying, yang terjadi adalah kita melakukan sesuatu bukan karena hal itu benar atau salah, namun dilakukan karena kita rasa bisa menyelamatkan hidup kita. Seperti dilansir dalam CNN Indonesia, menurut Ketua Pusat Krisis UI Dicky Palupessy, “Secara psikologis, merebaknya virus corona menguatkan pikiran kita akan kematian. Ketika kita diingatkan tentang kefanaan tersebut, maka orang bisa menjadi lebih impulsif, termasuk impulsif pada membeli barang“. Hal ini sejalan juga dengan pendapat Steven Taylor, penulis dan psikolog klinis. Dikutip dari CNN, ketika orang mendengarkan pesan yang bertentangan tentang risiko virus dan seberapa serius mereka harus bersiap, orang cenderung mengambil jalan yang ekstrem. "Sehingga, jika orang mempersepsikan semua orang membeli dan menumpuk barang, maka akan terdorong melakukan hal yang sama," ujar Dicky lagi.
Namun kondisi ini dapat dicegah, jika rasa cemas dan panik dirasa mulai terjadi pada tubuh kita. Bernapaslah dalam-dalam hingga 10-20 hitungan, itu dapat membuat kita berpikir jernih dan menyadari sesuatu. Aliran darah menjadi lebih lancar dan oksigen akan naik ke otak. Jika tidak di atasi dan kepanikan terus terjadi, kita dapat menjadi stress karena kebutuhan yang tidak terpenuhi itu.

Beralih menjadi Berburu di Online Shopping?

Karena menghindari terjadinya panic buying, pemerintah pun kembali memberikan aturan yaitu himbauan kepada setiap swalayan agar memberikan pembatasan kuantitas kepada pembeli dan pembatasan pengunjung serta jam operasional buka.
Namun karena larangan tersebut dan taktik para pebisnis yang gencar membuat strategi, masyarakat pun beralih jadi berbelanja online. Kini tidak hanya generasi millenial saja yang mengakses situs-situs belanja online dan e-commerce, semua kalangan baik muda maupun orang tua sudah mampu beradaptasi untuk berbelanja online. Menurut McKinsey, konsumen online pada saat dan pasca-pandemi juga akan didominasi oleh generasi boomer (generasi tua). Ini terjadi karena dirasa lebih efisien dan efektif juga untuk mengikuti aturan pemerintah berdiam diri di rumah.
Selain itu karena sekarang apapun mudah dicari dan didapat secara online. Dari mulai bahan makanan nabati hingga hewani tersedia karena supermarket, pasar tradisional, jual grosir, hingga toko-toko kelontong pun memiliki layanan pesan online. Sasaran utama masyarakat terkait kebutuhan sanitasi dan kesehatan pun mudah didapat dibanding membeli langsung di supermarket yang sudah terjadi kelangkaan.

Online shopping tentu menjadi perburuan masyarakat dan juga daya saing terbaru bagi dunia pasar. Tidak hanya lebih mudah, harga yang ditawarkan pun lebih hemat, masyarakat kini tidak perlu berdesak-desakkan untuk membeli dan mendapatkan produk, selain itu uang non-tunai lah yang lebih sering digunakan dibanding uang tunai, sehingga social dan physical distancing pun tetap ditaati karena lebih aman dari bersentuhan secara langsung dengan orang lain.
Dengan perubahan-perubahan yang terjadi karena adanya pandemi COVID-19 ini, sebagai konsumen maka kita harus dapat menyikapi dan beradaptasi dengan baik. Tidak perlu berbelanja yang berlebihan, pilihlah produk dan barang sesuai kebutuhan saja agar tidak terjadi suatu kelangkaan produk. Tetap jaga kebersihan dan kesehatan, meskipun belanja online lebih aman, tetap waspada dari barang yang diterima secara online, lebih baik disemprotkan dengan cairan disinfektan terlebih dahulu atau langsung dibuka dan dibuang bungkus/kemasannya. Setelah itu jangan lupa sering mencuci tangan! Jika harus keluar rumah, jangan lupa menggunakan masker dan tetap lakukan social & physical distancing.
Oke cukup sekian bahasan sekaligus sharing kali ini, semoga bermanfaat! Don’t be a panic guys! Keep stay at home and keep healthy everyone!


Sumber:

Senin, 16 November 2015

Make your style with flatshoes

Flatshoes adalah jenis sepatu flat atau datar tanpa heels yang di desain sangat simple untuk perempuan yang khususnya remaja.

Saya menyediakan beberapa model flatshoes yang simple, elegan, nyaman dan berkualiatas tentunya. Berikut dengan keterangan harga dan ukurannya :



Pink Gliter
IDR 150.000
Size 36-40

Pink Baby
IDR 150.000
Size 36-39 

Flower Cute
IDR 100.000
Size 36-39
Soft Pink, Black, Dark Green
http://www.wufashion.com/flat-shoes/
 
 
Lace Flatshoes
IDR 154.000
Size 36-39
 
Sweet Flower Lace
IDR 120.000
Size 36-39
 
  Iron Transparent
IDR 172.000
Size 36-40
 
Pointed Toe
IDR 150.000
Size 36-41
 
Casual Lace
IDR 145.000
Size 36-38
Black, White, Red

s
 Floral Flats
IDR 200.000
Size 36-39

Flowerl Sweet Princess
IDR 200.000
Size 36-39

Lace Cut Outs Flat Casual
IDR 250.000
Size 36-40

Gauze Breathable Flat
IDR 200.000
Size 36-40

Puppy and Kitten Flats
IDR 270.000
Size 36-40
Scalloped Royal Blue
IDR 300.000
Size 36-39

White Lace Bow
IDR 200.000
Size 36-39

 Solid Black Lace
IDR 135.000
Size 36-38

 Wedding Flats Lace Off
IDR 200.000
Size 36-40

Sweet Lace
IDR 250.000
Size 36-40
Pretty Sigh Pink
IDR 150.000
Size 36-39

Bowtie Flats
IDR 170.000
Size 36-41

Hollow toe Lace
IDR 300.000
Size 36-40


B&W Lace
IDR 250.000
Size 36-40

Single Shoes 
IDR 165.000
Size 36-38

Custom Painted Galaxy
IDR 450.000
Size 36-41

Summer Metal
IDR 150.000
Size 36-39

 Lacing Flat Single
IDR 270.000
Size 36-40
http://www.loveitsomuch.com/shoes/flats.html